T
|
ermenung ku dipagi hari, ketika mentari mulai menyambut mata
yang baru terbangun dari mimpi.
“Apa yang terjadi kemarin?”
“Dan apa yang harus aku lakukan sekarang”
Rasa ingin kembali lagi, tapi takut semua akan
terulang kembali.
Dunia itu…
Dunia yang hampir selama tiga tahun membuatku
nyaman dan juga dunia yang selama tiga tahun membuatku terasingkan. Dunia itu
menjeratku, seolah memanggilku untuk kembali.
Trauma akan kejadian kemarin, disakiti dan
tersakiti. Mencari rasa nyaman. Saling mencintai dengan sesama, saling
menyayangi dengan sesama. Sesama wanita, berharap bisa saling mengerti, berharap
bisa menemukan rasa nyaman.
Tak bisa kupungkiri, 1 tahun pertama memang aku
temukan rasa nyaman itu. Rasa nyaman yang begitu indah.
Dia yang pertama mengenalkanku dengan cinta ini,
cinta yang sering disebut “cinta dunia belok”. Dia memberiku rasa nyaman, dia
begitu mengerti aku, dia memberikan cinta. Dunia begitu indah saat bersamanya.
Awalnya aku normal, layaknya gadis-gadis normal
yang lain. Mencintai seorang pria yang tampan, pintar, tinggi, dan semua
kriteria pasangan idaman ada di dia. Tapi semua berubah seketika, ketika aku
merasa dilecehkan, ketika aku tidak dihormati lagi sebagai perempuan yang
seharusnya dijaga. Rasa cintaku berubah jadi sakit, trauma akan sesosok pria
yang tidak bisa menjagaku, sesosok pria yang membiarkan tetes air mataku
mengalir, bahkan tetes air mata ibuku mengalir. Dari sanalah titik tolakku. Mencintai
seorang wanita yang selalu ada untukku disaat aku tertawa dan menangis.
Ari Nanda…
Iya, Nanda. Nama yang cantik. Sesosok gadis
tomboy, sahabatku.
Lomba antar SMA yang mempertemukan kami. Tak
kusangka, dari awal perkenalan ternyata dia menyukaiku. Disaat aku masih
berstatus milik pria lain, dia tau semuanya.
Kedekatan kami, lebih dari seorang sahabat. Dia
memberikanku rasa nyaman. Terlebih lagi ketika aku putus dengan cowokku waktu
itu. Awalnya aku menganggap biasa saja, layaknya hubungan antar sahabat.
Dia lebih
sering ke rumahku, dan anehnya aku selalu mengharapkan kedatangannya. Perasaan
itu mulai muncul dan aku tidak mencoba melawan perasaan yang tumbuh.
Dan kejadian tak terlupakan itupun terjadi. Di
rumahku. Ciuman pertama yang dia berikan untukku. Begitu lembut, dan indah. Aku
tidak menolak, atau merasa risih, bahkan hati ini berdebar-debar merasakan
hangat bibirnya.
Darisanalah aku mencintai dia sepenuhnya. Cinta
terlarang, yang bagi sebagian orang itu “aneh”. cinta yang tidak semua orang
awam menerimanya.
Dosa?
Aku sadar, cinta ini dosa. Didalam kitab suci
pasti tidak ada yang mengijinkan cinta sesama jenis seperti ini. Tapi aku
percaya, Tuhan yang menciptakan perasaan “cinta” disetiap hati insan manusia.
Dan kini aku merasakannya, meskipun dengan orang yang tak sepantasnya aku
cintai. Hubungan ini memang salah, tapi hati tak akan pernah salah.
Kubiarkan perasaan ini mengalir apa adanya. Salama
setahun lebih aku berbagi kasih sayang dengannya, berbagi cinta, berbagi hangat
pelukan, berbagi tawa canda. Banyak hal indah yang aku lalui bersamanya. Dia
menjagaku, dia mencintaiku, dia menyayangiku, dia selalu ada untukku, dia
milikku dan aku miliknya. Dunia terasa hanya milik kita berdua, dan kami selalu
bersyukur kepada Tuhan atas waktu yang selama ini diberikan untuk kami bersama.
Dalam hubungan tak selamanya akan berjalan mulus,
banyak rintangan yang kami lewati dalam setahun hubungan kami. Ada yang
menerima hubungan kami dan tak sedikit yang membenci hubungan kami bahkan ada
yang mencoba menghancurkan hubungan ini. Dan aku bisa lalui itu bersamanya.
Hingga suatu ketika, salah satu keluarga dari
pihaknya tau hubungan terlarang ini. Kakak kandungnya. Iya, dia tau adiknya
mencintaiku, aku adalah pacar adiknya. Dia tau semuanya, entah dari siapa
rahasia ini bisa sampai ketelinga kakaknya.
Kakak siapa yang tidak marah tau adik kandungnya
sendiri menyimpang seperti ini??? Layaknya orang-orang awam yang lain, menolak
hubungan terlarang ini, membenci orang-orang seperti aku, dan mencoba
memisahkan. Begitujuga yang dilakukan kakaknya untuk memisahkanku dengan
kekasih hatiku.
Begitu banyak rintangan yang begitu sulit aku
hadapi. Pada saat itu, aku merasa, dunia benar-benar menolak dan tak
mengijinkanku lagi untuk mencintainya.
Berbagai kata-kata kasar yang dilontarkan “dunia”
untukku, menggambarkan kebenciannya akan cintaku untuk Nanda.
Bahkan disaat-saat seperti ini Nanda menghilang,
dia menghilang tiada berkabar sedikitpun. Aku berdiri sendiri menantinya datang
untuk merangkulku, menunggu dia datang meyakinkanku kalau kita bisa lalui ini
bersama.
Tapi…
Detik demi detik, menungu dia datang. Bertahan
dalam terjangan badai, menghantamku, menghujamku tiada henti. Sakit terasa,
bagaikan mimpi buruk. Air mata tak henti-hentinya menetes. Kata demi kata yang
aku terima, tak ada satupun yang mendukungku. Mereka membenciku, benci dan
benci.
Hingga kabar itu datang, kabar yang membuat hatiku
hancur sehancur-hancurnya. Kabar bahwa kekasih hatiku, belahan jiwaku tidak ada
lagi di dunia ini.
Nandaku,
dia sudah tiada? Tangan yang awalnya tegar menompang tubuh ini mendadak lemas.
Semua orang menghujamku, seolah-olah kepergian Nanda itu KARENA’Ku, karenaku
dia seperti ini.
“Apa yang harus aku perbuat?”
“Haruskah aku percaya dengan berita ini?”
“Nanda, kamu kemana? Kenapa meninggalkanku
sendiri? Aku butuh kamu, sekarang dan untuk selamanya :’( ”
Hanya bisa menangis, menangis dan menangis.
Tak ada yang bisa aku perbuat, mencarinya, mencoba
mencari kebenaran tentangnya semua hasilnya nihil.
Dengan hati yang hancur ini aku putuskan untuk
pergi meninggalkan semua kenangan indah bersamanya, semua yang berhubungan
dengannya apapun itu.
“Nanda, jika memang kamu berada di dunia lain
disana. Aku harap kamu tetap menungguku. Tetaplah mencintaiku, tetaplah ada
untukku. Aku mencintaimu. Kuatkan aku untuk lalui ini semua. Dengarkan aku, aku
sangat mencintaimu Ari Nanda…”, kutuliskan kata demi kata didalam kertas putih
bertintakan darahku sendiri. Tetes demi tetes darah ini, kubiarkan mengalir
untuk menulis kata demi kata untuk cintaku. Berharap aku bisa menyusulnya,
bertemu dengannya disana.
Tapi Tuhan berkehendak lain, aku harus tetap ada
di dunia ini. Seolah-olah ada yang ingin Tuhan tunjukkan untukku.
Aku lalui hari-hariku sendiri, menyibukan diri
dengan kegiatan kampus, dan segala hal yang bisa membuatku lupa dengan sakit
hati ini. sejenak memang aku bisa melupakannya. Entah mengapa, tiba-tiba aku
teringat Nanda lagi. Hati ini “berbicara” kalau dia masih ada di dunia ini. Aku
teringat dengan teman sekelas ku waktu SMA, Frengki. Dia merupakan kerabat
dekat Nanda. Aku coba mencari contact person Frengki, dan akhirnya dapat.
Aku introgasi dia satu persatu yang menyangkut
semua hal tentang Nanda. Dan akhirnya, hatiku memang benar adanya.
Nanda masih ada di dunia ini, dan dia sehat-sehat
saja. Sejenak aku lega dan senang dia masih ada di dunia ini, tapi semua itu
hilang terhapus dengan sakit hati.
Dalam hatiku bertanya-tanya “Mengapa??? Mengapa
kamu sama sekali nggak ada kabar? Mengapa kamu tiba-tiba menghilang dari
hidupku? Aku berdiri sendiri, melawan cobaan hubungan kita, tapi kamu
menghilang. Mengapa? Apakah semua yang terjadi kemarin itu hanya sandiwaramu?
Semua contact person’mu sama sekali nggak ada yang bisa aku hubungi. Apa
salahku?”
Pipi ini mulai basah, mata tak sanggup lagi
membendung luapan emosi dihati. Hanya bisa bertitip salam ke Frengki untuk
Nanda “Salam sehat selalu Nanda, dari Endra. Kalau ada waktu, ingat berkabar
ya”
Sakit hati, itu yang aku rasakan. Tak ada
penjelasan satu pun untukku . Di dalam hatiku penuh tanya, mengapa? Mengapa?
Dan mengapa? Salahku apa? Mencoba menerima apa yang telah terjadi, aku anggap
semua ini proses pendewasaan diriku.
Hingga akhirnya, Nanda datang kembali. Ke rumahku
untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Dia mencoba meyakinkanku, kalau dia
tak pernah pergi meninggalkanku. Dia tidak pernah berhenti mencintaiku. Semua
yang terjadi kemarin, itu semua karena ada satu orang yang benar-benar membenci
hubungan kita. Semua kejadian kemarin ada dalangnya. Bukan Nanda, tp orang
lain. Penjelasannya bisa aku terima, tapi yang nggak pernah bisa aku terima, mengapa
dia sama sekali nggak berkabar sedikitpun ke aku?
Dengan segala pertimbangan, akhirnya aku
memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang selama setahun lebih aku lalui
bersama dia. Awalnya dia menolak, tapi aku tetap pada keputusanku.
“Mungkin ini saatnya kita berpisah, mungkin Tuhan
sudah tidak mengijinkan kita untuk terus bersama. Maafkan aku Nanda, ini akhir
dari hubungan kita.”
Dan dia pergi dengan tetes
air mata membajiri pipinya. Mungkin dia merasakan hal yang sama seperti apa
yang aku rasakan.
Hari demi hari telah berlalu, aku mulai terbiasa
dengan semua ini. memulai hidup baru dengan harapan baru. Kejadian yang lalu
aku simpan ditempat terindah di hati ini. kenangan yang indah saat bersamanya.
“Ari Nanda, jujur aku
masih mencintaimu. Tapi apa daya, dunia menolak hubungan kita. Maafkan aku
memutuskan untuk pergi dari kehidupanmu, tapi percaya padaku kenangan saat
bersamamu tak akan pernah terlupakan. Aku pergi untuk kebahagiaanmu. Pergilah,
dan temukan cinta yang lain yang bisa membuat mu tersenyum kembali tanpa ada
air mata dan “dunia” bisa menerimanya. Maaf aku masih mencintaimu jauh dilubuk
hatiku masih terukir namamu untuk selamanya”
Mahendra
“Jangan salahkan cinta ini karena Hati tak akan pernah salah”
sampai saat ini apa kakak tidak pernah bertemu dengannya lagi kak ? dari semua cerita yang kakak tuliskan , nampaknya sampai detik ini hati kakak masih milik kak ari :)
BalasHapusnumapng lewat bos..
BalasHapus